7. PUTERA DAN PUTERI RAJA Dahulu kala adalah seorang raja dengan permaisurinya memerintah sebuah negeri yang jauh letaknya. Puteranya berumur 10 tahun bernama Usmansyah dan puterinya 8 tahun Zuryanum. Mereka hidup dalam keadaan aman serta berbahagia. Tetapi semuanya itu tak kekal. Pada suatu ketika, pecahlah perang antara negara-negara yang berdekatan dan ayah Usmansyah terlibat pula dalam pertempuran-pertempuran yang berlangsung. Musuh memasuki negerinya dan menduduki istana raja. Raja dan permaisurinya beserta penduduk istana yang lain tertangkap dan ditahan semuanya. Kecuali kedua putera raja, Usmansyah dan Zuryanum terlepas dari sergapan itu. Seorang pengasuh dapat melarikan mereka. Dipakaikannya pakaian buruk-buruk kepada putera dan puteri raja itu, lalu dilarikannya kedua anak-anak itu melalui pintu rahasia di belakang kebun istana itu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan anak-anak yang berpakaian compang-camping itu, sehingga mereka selamat meninggalkan istana. Usmansyah dan Zuryanum berjalan tergesa-gesa dan sampailah pada suatu hutan lebat. Sangat letih dan lapar mereka. tetapi mereka berjalan terus di semak belukar dalam rimba raya itu. Selama mereka berjalan terbang seekor burung putih di hadapannya. Dengan tidak diketahui apa sebabnya, diikutinya saja ke mana burung putih itu terbang. Akhirnya sampailah ia pada sebatang pohon pisang yang berbuah kuning-kuning. "Haaaa, itu yang dapat kita makan," kata Usmansyah. Segera dipotongnya pisang itu sesisir. Tiba-tiba burung putih itu terbang mendekati anak raja itu,, lalu berteriak: "Jangan, jangan dimakan pisang itu, nanti engkau menyesal. Tiap-tiap pisang yang kau makan, menghilangkan ingatanmu selama setahun." Usmansyah tak mengindahkan perkataan burung tadi dan karena sangat lapar dimakannya lima buah pisang. Tetapi adiknya tak mau memakan pisang itu. Tidak berapa lama sesudah ia makan, berkatalah anak raja itu: "Hari mulai gelap Zur. Tunggulah kakanda di sini. Kakanda pergi mencari tempat bermalam." "Baiklah," jawab adiknya, "Adinda akan tinggal di sini sampai kakanda kembali." Usmansyah berangkatlah, semalam-malaman Zuryanum menunggu, begitu pula keesokan harinya, tetapi abangnya tak kunjung pulang. la bersedih hati dan jatuh sakit karena kelaparan dan kehausan. "Barangkali sampailah ajalku di sini," pikirnya dan ia terus menantikan kakaknya. Tiba-tiba dilihatnya burung putih yang dahulu terbang di hadapan mereka. Tiga kali ia terbang mengelilingi anak raja itu. Pada saat itu juga terjadilah suatu hal yang sangat aneh. Kaki Zuryanum terperosok ke dalam tanah dan terus menjadi akar. Badannya menjadi batang dan kepalanya menjadi bunga putih yang indah. Puteri itu telah menjadi sebatang pohon kayu yang berbunga-bunga putih permai diseling bunga-bunga berwarna merah. Sekarang dapatlah Zuryanum mengambil makanan dari dalam tanah. Demikianlah anak raja itu telah menjelma menjadi sebuah pohon kuyu indah, yang tumbuh bertahun-tahun lamanya. Setelah Usmansyah meninggalkan adiknya, maka segera ia lupa akan Zuryanum. [a berjalan terus hingga sampai ke tepi hutan dan bertemu dengan seorang petani. Orang itu menaruh belas kasihan melihat Usmansyah yang berbaju koyak-koyak itu. Diajaknya Usmansyah pergi ke rumahnya. Ketika ditanya siapa orang tuanya, anak itu tidak menjawab, melainkan diam saja. Karena Pak Tani serta isterinya tiada beranak, maka dipeliharanya Usmansyah seperti anak kandung. Mereka sangat sayang kepada anak itu, karena dia sangat patuh dan rajin menolong bapak-angkatnya di ladang. Sesudah 5 tahun lamanya berlalu, maka Usmansyah menjadi seorang anak pendiam. Sering ia duduk termenung berjam-jam lamanya, seolah-olah ada yang diingatnya. Pada suatu hari ia berkata kepada ayah angkatnya: "Saya akan ke hutan, ayah. Ada yang akan saya cari, tetapi saya tak tahu barang apa itu." Sebab amat sangat permohonannya itu, terpaksa ia mengabulkannya. Dengan perbekalan yang cukup berangkatlah Usmansyah masuk hutan lebat itu. Ketika ia tiba di tepi hutan, datang pulalah burung putih melayang-layang di depan Usmansyah. Berjam-jam ia berjalan menurutkan burung putih itu. Telah berlalu lima tahun dan ingatannya kembali berangsur-angsur. Sampailah Usmansyah ke tempat ia meninggalkan adiknya dahulu. Barulah ia teringat, bahwa ia akan mencari adiknya yang bernama Zuryanum. Sekarang sadarlah ia akan dirinya sambil melihat sekelilingnya. Di tempat ia meninggalkan adiknya dahulu, tumbuhlah sebatang pohon yang berbunga putih dan merah amat indahnya. Burung putih petunjuk jalan bertengger di tangkai bunga putih itu. Usmansyah berbisik kepada burung putih: "Engkau telah membawa aku kemari, tunjukkan pulalah, di mana adikku Zuryanum sekarang?" "Petiklah bunga putih yang besar itu," jawab burung itu. Baru saja disinggungnya bunga itu, berubahlah ia. Bunga yang putih itu berangsur-angsur menyerupai paras adiknya, Zuryanum. Sesudah itu berdirilah Zuryanum di hadapannya. Dirangkulnya Zuryanum lalu diciumnya. Berlinang-linang air mata mereka. Alangkah besar hati mereka bertemu kembali. Sambil berbimbingan tangan diikuti mereka burung putih yang menunjukkan jalan ke luar hutan dan terus menuju ke istana raja. Sementara itu peperangan telah selesai; musuh telah meninggalkan negeri itu. Raja negara itu menyuruh mencari anaknya yang berdua yang hilang itu, tetapi tak seorang juapun menjumpainya. Di pagi hari sampailah Usmansyah dan Zuryanum di istana dan mereka disambut dengan gembira oleh seluruh rakyat. Tujuh hari tujuh malam lamanya orang berpesta ria di negeri itu, bersyukur, karena kedua kesayangan raja telah pulang dengan selamat. ============================================ Ebook Cersil, Teenlit, Novel (www.zheraf.net) Gudang Ebook Ponsel http://www.ebookHP.com ============================================